Oleh Sofiyan Hadi
Spiritual Motivator
Sahabat Nabi Utsman bin Affan tidak asing bagi umat Islam di seluruh dunia. Beliau adalah Khalifah atau pemimpin umat Islam ke-3 yang memimpin dari tahun 644 sampai 656. Di masa kepemimpinan beliau inilah ayat-ayat suci Alquran mulai di kodifikasi atau dibukukan, sehingga kita sering menyebutnya dengan mushaf Utsmani.
Selain itu, beliau juga dikenal sebagai menantu Rasulullah dengan julukan Dzun Nurrain (pemilik dua cahaya), karena pernikahannya dengan dua orang putri nabi, Ruqayyah dan Ummu Kultsum.
Lepas dari pribadi yang mengagumkan itu ada peran strategisnya sebagai konglomerat muslim, bussinesman ulung yang cerdas dan kaya raya dengan sifat murah hati dan dermawan.
Dan inilah salah satu kisahnya.
Dimasa nabi Madinah pernah dilanda kemarau panjang. Sumur-sumur menjadi kering. Satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sebuah sumur milik seorang Yahudi yaitu Sumur Raumah.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, umat Islam Madinah terpaksa mengantri untuk membeli air dari sumur tersebut. Melihat kondisi umat yang memprihatinkan itu, Rasulullah bersabda:
“Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surga-Nya Allah Ta’ala” (HR. Muslim).
Utsman bin Affan langsung menyambut seruan Nabi dengan mendatangi Yahudi pemilik sumur. Ia menawar sumur tersebut dengan harga yang tinggi, namun Yahudi menolak tawaran tersebut.
Setelah negosiasi, akhirnya si Yahudi menerima tawaran Utsman dengan kepemilikan sumur secara bergiliran. Hari ini milik Utsman dan besoknya milik Yahudi. Demikian seterusnya bergantian setiap hari.
Setelah deal, Utsman segera mengumumkan kepada penduduk Madinah bahwa sumur Raumah dapat dikonsumsi secara gratis. Masyarakat Madinah pun berbondong-bondong menikmati air bersih tersebut dan menyimpan air untuk kebutuhan 2 hari. Hal ini menyebabkan keesokan harinya sumur Yahudi sepi pembeli karena masyarakat masih memilki persediaan air. Akhirnya, si Yahudi menjual penuh kepemilikan sumur tersebut kepada Ustman.
Sejak saat itu, Utsman mewakafkan sumur Raumah untuk kebutuhan kaum muslimin. Bentuk keberkahan wakaf ini akhirnya sumur itu menjadi sumber mata air ditengah-tengah kebun kurma yang terus berbuah lebat sepanjang tahun.
Kebun tersebut dikelola dari generasi ke generasi, dari para khalifah sampai pemerintah Arab Saudi dibawah Kementerian Pertanian. Hasil dari kebun kurma tersebut setengahnya disalurkan kepada anak yatim dan fakir miskin. Setengahnya lagi disimpan dalam bentuk rekening di bank atas nama Utsman bin Affan yang dipegang oleh Kementerian Wakaf.
Uang tabungan di rekening Utsman terus bertambah. Kemudian sebagian digunakan untuk membeli tanah dan dibangun diatasnya hotel di kawasan Markaziyah yang dekat dengan Masjid Nabawi.
Tepat dibelakang kami inilah hotel Utsman bin Affan. Berdiri gagah setinggi 15 lantai dengan 24 kamar di setiap lantai. Dilengkapi dua restoran besar, 6 unit perbelanjaan, dan seluruh fasilitas yang membuatnya menjadi hotel bintang lima.
Kabarnya, hotel tersebut dioperasikan oleh Sheraton, salah satu hotel bertaraf internasional. Diperkirakan omsetnya sekitar RS 50 juta per tahun. Setengahnya tetap untuk anak yatim dan fakir miskin, dan setengahnya lagi disimpan di bank Ar Rajhi atas nama Utsman bin Affan Radliyallahu ‘anhu. Inilah yang dinamakan shodaqah jariyah. Pahalanya terus mengalir, walaupun orangnya sudah ribuan tahun meninggal.
Mari kita berdoa semoga Allah memberikan kepada kita petunjuk, ketaqwaan, kesucian dan kekayaan
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى